28 Februari 2019 pertama kalinya kami para Cpns baru masuk ke SMP N 3 Salatiga. 6 orang guru Cpns baru bergabung dalam keluarga besar SMP N 3 Salatiga. Suasana adem, damai, ramah dan menyenangkan langsung terasa dalam hati kami. Sambutan yang ramah dari Kepala Sekolah, Bapak Suyudi, M.Pd. mengawali hari pertama kami. Tak berhenti sampai disitu, perkenalan dengan guru-guru lama juga begitu menyenangkan. Begitu banyak guru yang harus kami hafal namanya satu persatu. Tidak hanya guru, tapi semua staff tak lupa juga kami salami untuk memperkenalkan diri. Semua tersenyum, menyambut ramah kedatangan kami. Kesan pertama yang begitu mengesankan. Menyenangkan.
Benar memang kata orang, kesan pertama menentukan langkah berikutnya. Semakin hari semakin terasa kekeluargaan di SMP N 3 Salatiga. Setiap pagi guru-guru berdiri di samping pintu gerbang menyambut siswa-siswa yang baru datang. Satu per satu siswa berbaris menyalami guru-guru. Sikap sopan dan santun sangat ditanamkan di SMP N 3 Salatiga. Mulai pukul 06.30, untuk siswa yang beragama muslim diwajibkan mengikuti jama’ah sholat dluha di Masjid Ijtihadul Muna. Masjid yang langsung bisa ditemukan setelah masuk pintu gerbang SMP N 3 Salatiga. Suasana pagi yang begitu Religius. Mengawali proses KBM, guru dan siswa bersama-sama menyanyikan Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” berharap rasa nasionalisme tertanam dalam diri kita. Rasa yang harus dilestarikan agar keutuhan NKRI selalu terjaga.
Diluar sekolah, kekeluargaan guru-guru SMP N 3 Salatiga dibuktikan dengan berbagai macam kegiatan. Sebagai contoh adalah kegiatan darmawanita dan pengajian rutin bagi kami yang muslim. Dua kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah salah satu guru yang bertugas secara bergantian. Selain itu, disini juga dibudayakan sifat toleransi dan berempati. Jika ada anggota keluarga SMP N 3 Salatiga terkena musibah, kami bersama-sama segera datang memberi dukungan. Yang baru saja terjadi adalah meninggalnya bapak dari Bu Nurul ‘guru PPKn’ yang bertempat tinggal di banyubiru kecamatan Ambarawa. Kita bersama-sama takziah memberi dukungan moral kepada beliau dan keluarga.
Terlihat sepele tapi sangat berharga. Jika tidak kita latih dan budayakan sejak dini, kegiatan-kegiatan kekeluargaan yang seperti ini akan hilang tergerus era digital. Era yang manusianya lebih asyik bermain dengan gadget dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas semua kepentingan.